Festival Panen Hasil Belajar Guru Penggerak, Bupati Don:Tiga Kata Kunci sebagai Pendidik

    Festival Panen Hasil Belajar Guru Penggerak, Bupati Don:Tiga Kata Kunci sebagai Pendidik
    Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do ketika memberi sambutan Lokakarya 7

    NAGEKEO - Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tingkat Kependidikan Penjas dan Bimbingan Konseling Ditjen GTK bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Nagekeo menggelar Lokarya VII Moda Luring "Festival Panen Hasil Belajar, bertempat di Aula Setda Kantor Bupati Nagekeo, Jumat (14/05/2022).

    Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do berkesempatan membuka dengan resmi kegiatan tersebut.

    Turut hadir dalam acara ini ; Kadis Pendidikan Dan Kebudayaan Venantius Minggu S.Pd, Penanggungjawab PGP Kabupaten Nagekeo dari P4TK Bidang Penjas dan Bimbingan Konseling pada Ditjen GTK , Duma Silitonga bersama tim, Kepala Bank NTT Cabang Mbay, Mathias Nara Tifaona,   para pengajar praktik, 38 Calon Guru Penggerak,   Pengawas Sekolah TK/ SD, SMP Tingkat Kabupaten Nagekeo  dan Pengawas  SMU/SMK Ngada-Nagekeo Tingkat Propinsi NTT (Drs.Lele  Fransiakus) dan  Para Kepala Sekolah serta Komunitas Praktisi.

    Penanggungjawab  Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 Kabupaten Nagekeo, Drs.Amandus Embo dalam laporan panitia mengatakan  Guru penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan model merdeka belajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).

    " Lokakarya VII dengan tema Festival Panen Hasil Belajar yang dilaksanakan hari ini merupakan salah satu rangkaian dari 9 bulan pendidikan yang dilalui oleh para Calon Guru Penggerak (CGP). Selain itu, Lokakarya ke-7 dari 10 rangkaian lokakarya ini merupakan aplikasi dari Calon Guru Penggerak dalam memberi pelajaran kepada peserta didik dan merupakan pameran aksi nyata dari Calon Guru Penggerak setelah mendapat pelatihan dari para pengajar praktik selama pendidikan. Selain itu, festival ini juga menjadi ruang diskusi dan pemecahan masalah serta meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan (Komunitas praktisi)."

    Lebih lanjut dikatakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang meliputi pelatihan-pelatihan, lokakarya konferensi dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon guru penggerak.

    "Pendidikan Guru Penggerak (PGP) didesain untuk mendukung hasil belajar yang implementatif berbasis lapangan dengan menggunakan pendekatan andragogi dan blended learning selama 9 bulan. Metode yang digunakan adalah metode pelatihan dalam jaringan (daring), lokakarya dan pendampingan individu.  Sedangkan untuk proporsi kegiatan terdiri atas 70?lajar di tempat bekerja (on the job training),   20?lajar bersama rekan sejawat dan 10?lajar bersama narasumber, fasilitator dan pengajar praktik " katanya.

    Dijelaskan pula Tujuan PGP ini untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan dan pendagogik guru sehingga dapat menghasilkan profil guru penggerak yang mampu 1. Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi berbagi dan kolaborasi; 2.  Memiliki kematangan moral emosional dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik; 3.  Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua; 4.  Mengembangkan dan mewujudkan visi satuan pendidikan yang mengoptimalkan proses belajar peserta didik yang berpihak pada peserta didik dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar satuan pendidikan; 5. Berkolaborasi dengan orang tua peserta didik dan komunitas untuk pengembangan satuan pendidikan dan kepemimpinan pembelajaran.

    Hasil yang diharapkan dari program ini antara lain: 1. Memperkaya para CGP melalui Kelas Belajar Calon Guru Penggerak dengan agenda saling berbagi pengalaman dan pelaksanaan program PGP; 2. Menyajikan capaian diri aksi nyata selama    mengikuti PGP,   program yang telah dilakukan,   dampak positif yang terjadi serta ide program selanjutnya; 3. Para pemangku kepentingan diberi ruang untuk memberikan dukungan terhadap program CGP sesuai peran masing-masing dalam ekosistem.

    "Di Kabupaten Nagekeo PGP angkatan 3 ini berjumlah 38 orang calon pasukan elit Dinas P dan K yang siap menjadikan kualitas pembelajaran di Kabupaten Nagekeo menjadi lebih baik " jelas Amandus.

    *Slogan CGP:Tergerak, Bergerak Menggerakkan* menjadi semangat untuk selalu meng-update tentang hal-hal terbaru untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,   kreatif, gotong royong, berbhinekaan, bernalar kritis dan mandiri). "Kita semua sangat bangga dan mengapresiasi komitmen perjuangan semangat dan Daya juang CGP selama mengikuti PGP semoga setiap pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan menjadi berkah yang menginspirasi setiap lapisan pendidikan di lingkungan masing-masing serta mampu menggerakkan komunitas belajar dan menjadi pemimpin pendidikan di masa depan  sebagaimana amanat Permendikbud Nomor 40 tahun 2021".

    Di katakan pula Pelaksanaan program PGP Angkatan 3 pada Lokakarya 7 Model Luring ini dibiayai dari APBN melalui dirjen GTK Kemendikbudristek Tahun 2022.

    Sedangkan Duma Silitonga, Penanggungjawab  PGP dari Tim P4TK Penjas dan BK Ditjen GTK katakan bahwa kegiatan ini sebagai ajang pameran hasil aksi nyata dari CGP. " Acara ini sangat bagus sekali sebagai ajang bagi para CGP untuk memberikan aksi nyata dari apa yang sudah dipelajari selama 9 bulan. Kegiatan ini luar biasa. Banyak guru yang belajar dan kemudian berbagi dan memberi dampak positif bagi sekolah nya. Terima kasih kepada  Kepala Sekolah yang sudah sangat membantu dan rekan rekan guru CGP. Harapan kami ini merupakan awal bagi guru penggerak untuk langkah kedepannya harus lebih maju, lebih baik, banyak belajar sehingga progr ini tidak menjadi sia sia dan menjadi motivasi bagi guru guru yang lain".

    Dalam kegiatan ini juga diberikan waktu kepada ke empat orang perwakilan CGP dari setiap tingkatan mulai dari TK, SD, SMP dan SMA untuk menyampaikan testimoni pembelajaran mereka selama 9 bulan. Ke-4 orang tersebut: 1. Reineldis Maria Soa, S.Pd asal TK Pembina        Boawae. 2. Maria Martina Petra Rosok, S.Pd asal Danga. 3 John Anderson Keo, S.Pd asal SMPN Satap Aesesa Selatan. 4. Siti Nur Asfur S.Pd asal SMAN 1               Mauponggo.

    Diawal sambutannya Bupati Don mengungkapkan rasa senangnya dan berharap peserta bisa luangkan waktu lebih untuk mengikuti  kegiatan Festival lokakarya ini. " Saya kira hari ini menyenangkan sekali testimoni dari perwakilan guru penggerak dari  yang pertama sampai yang terakhir. Sesuai dengan TOR yang dibacakan oleh Kabid SMP Pak Amandus tadi, Saya minta kita punya waktu cukup di akhir pekan ini." harap Bupati Don.

    Ia juga menegaskan apa  yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik. " Tiga kata kunci sebagai pendidik, terutama tergerak atau tidak. Ini akan akan menentukan ketika kita terpilih, itu memang betul kita tergerak atau memang ini cuma pada gerombolan arus gerakan yang tidak bergerak dari yang namanya tergerak.  Jadi kita tergerak lalu bergerak. Baru bisa kita menggerakan" kata Bupati Don.

    Saya minta kita abstraksi: " Kita membayangkan tiga tingkatan mulai lingkaran pertama yg paling kecil, sedang dan besar, lingkaran bagian luar itu namanya lingkaran peduli. Kita bergerak lalu kita peduli.

    Masuk pada lingkaran kedua, lingkaran pengaruh. " Kita mulai mengkomunikasikan apa yang menjadi kepedulian kita, mulai bergerak  mencari orang yang sepikiran, punya hati dan semangat yang sama. Jadi perlu sekali membuka diri atau punya waktu seperti hari ini, kita tidak terburu buru. Kita betul menginvestasikan perhatian kita pada anak didik.

    Masuk pada lingkaran terdalam yang paling kecil, lingkaran kendali. " Kamu bisa bayangkan tidak? bagaimana kamu membesarkan lingkaran kendalimu ini seukuran lingkaran peduli, lalu kamu geser lingkaran kendalimu sebesar lingkaran peduli lalu kamu memperbesar lingkaran peduli mu  *betapa kamu menjadi orang yang berguna*" ujarnya.

    Guru penggerak bagaimana kalian menjadi betul-betul guru penggerak yang bisa menggerakkan anak didik. Itu luar biasa. Dari anak kita menggali/mengasah lingkar kepedulian kita. 

    Kita memilih peduli betul pada panggilan kita menjadi pendidik, bagaimana supaya kita punya kepedulian yang berdasar, yang bergerak dari dalam diri kita, kita mesti menggali level spiritualitas kita.

    Dijelaskan lagi  bahwa kemampuan kesadaran kita pada sains;  selalu bertanya dan bertanya makna hidup kita.

    " Saya ada ini atas rencana siapa, saya ada demi siapa, untuk mencari hidup jawaban diberikan oleh siapa? " Pertama itu agama, sehingga agama bukan sekedar agama tapi beragama. Orang beragama, cirinya orang yang punya spiritualias yang tinggi dalam pencarian makna hidup, dia tidak cemen.

    Tiap kita harus punya kesadaran, butuh ketahanan, kesabaran dan ini kalau tidak  berangkat dari spiritualitas menghayati panggilan hidup perutusan kamu akan mengalami kehabisan energi, rasa lelah, gagal, tidak ada teman, menyalahkan orang lain." ungkap Bupati Don.

    Kita harus bisa mendidik anak didik kita. Saya membayangkan Nagekeo, generasi emas 2045, Dua puluh tiga tahun yang akan datang anak anak kita akan menjadi warga negara Indonesia yang kompetitif dalam persaingan dunia. Itu yang bisa kita terjemahkan keinginan visi 2045, yang ulang kali terus menerus di gaungkan Presiden Jokowi agar negara kita tidak stag tidak berhenti disini G-20. Target kita G-5 kita menjadi 5 negara termaju di dunia.

    Lanjutnya ini semua kita kerjakan dari sekarang. Butuh kesungguhan kita semua yang ada di ruangan ini. Kita semua adalah pemimpin. Kita bergerak melayani dan menyiapkan masa depan anak - anak  kita menjadi lebih baik" ujarnya.

    Selanjutnya Bupati bersama Tim dari P4TK bidang Penjas dan BK juga berkesempatan mengunjungi setiap stand hasil  belajar dari para CGP yang diisi dengan penyampaian hasil belajar dan wawancara.

    Diakhir kunjungan stand, Bupati Don berharap agar para guru penggerak bisa mentransferkan ilmu kepada anak didik dan juga  punya perhatian lebih pada anak yang berkebutuhan khusus.

    "Kita berhadapan dengan anak didik, ada periode waktu siswa dan kita sendiri juga belajar bagaimana mendidik, mentransfer ilmu, menggerakan mereka. Ketika mereka sudah bisa berada pada level "self driver" mereka sudah bisa menentukan apa yang mereka butuhkan, sumber belajar apa yang mereka cari itu sudah ngalir gitu aja kita tidak susah susah mengarahkan.Mereka tetap dalam trek itu. Ini PR buat kita setelah saya kunjungi 8 stand tadi. Penting membuat terapan, ini bagian dari manager." lanjutnya

    'Saya belum lihat kita sadar dengan lingkungan yang bisa mendorong  kita. Identifikasi betul lingkungannya. Anak yang berkebutuhan khusus bukan bermasalah. Yang bermasalah itu guru, guru yang tidak memahami masalah anak. Kebutuhan khusus anak itu belum dipahami guru.  Perspektif ini yang harus kita sadari betul. Ketika ada masalah seperti itu, orangtuanya tidak kita kunjungi. Anak ini dilarang oleh orangtuanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, ini wajib kita kunjungi." tutup Bupati Don.

    Acara diakhiri dengan foto bersama.

    *** Protkompim (Merry / Tim Humas NK)

    Lokakarya Festival Nagekeo NTT
    Muhamad Yasin

    Muhamad Yasin

    Artikel Sebelumnya

    Kapolres Nagekeo: PPMAN Buktikan Bahwa Polres...

    Artikel Berikutnya

    Didimus Bula S.H Angkat Bicara Tepis Tulisan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar
    Hendri Kampai: Swasembada Pangan dan Paradoks Kebijakan
    Hendri Kampai: Negara Gagal Ketika Rakyat Ditekan dan Oligarki Diberi Hak Istimewa
    Hendri Kampai: Pemimpin Inlander Selalu Bergantung pada Asing

    Ikuti Kami